Senin, 27 Desember 2010
akhir hidup seorang el 6
Setelah kejadian itu el merasa ada sesuatu yang beda pada diri adit. Dia beda dengan orang lain, dia tampak begitu ramah. Sejak saat itu pula el yang notabenenya adalah anak umur 8 tahun merasakan apa yang dinamakan cinta. dia merasa sesuatu yang beda pada adit, walau ia tahu ini tak mungkin terjadi. Suatu hari adit mampir ke rumah el untuk meminjam tangga lipat, "permisi tante... maaf saya mau pinjam tangganya boleh gak..?" tanya adit pada mama el. "oh tentu saja boleh silakan ambil didekat gudang". lalu adit masuk kerumah el dan ia mendapati el sedang termangu didepan jendela kamarnya. Tapi dia mengacuhkannya dan mengambil tangga ke dekat gudang. tiba tiba dibelakang adit muncul el "kakak ngapain kok kesini?" dengan tiba-tibanya el mengagetkan adit. "eh ada el... ini kakak mau pinjam tangga" jawab adit. "ouh iya sudah kalau begitu" jawab el. "el sendiri sedang apa" tanya adit sambil mencoba mengangkat tangga lipat tersebut. "lagi membayangkan seseorang" jawab el singkat. "siapa pasti ayah dan ibu ya...?" tanya balik. "siapa bilang gak usah sok tw deh dah sana pulang aja dan bawa tu tangga" jwab el ketus. Adit pun lantas keluar dari rumah el sambil membawa tangga dia berepikir terus kenapa el menjadi tertutup lagi dengan adit.
Minggu, 28 November 2010
Masyarakat madani
Masyarakat madani, yang merupakan kata lain dari masyarakat sipil (civil society), kata ini sangat sering disebut sejak kekuatan otoriter orde baru tumbang selang satu tahun ini. Malah cenderung terjadi sakralisasi pada kata itu seolah implementasinya mampu memberi jalan keluar untuk masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa kita. Kecenderungan sakralisasi berpotensi untuk menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila terjadi kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat terbuka, antara lain, kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameter-parameter ketercapaian.
Saat ini gejala itu sudah ada, sehingga kebutuhan membuat wacana ini lebih terbuka menjadi sangat penting dalam kerangka pendidikan politik bagi masyarakat luas.
Masyarakat Sipil Vs Militer
Dalam tataran praktis sementara orang melihat, masyarakat madani dianggap sebagai institusi sosial yang mampu mengkoreksi kekuatan “militer “ yang otoriter. Dalam arti lain masyarakat sipil memiliki konotasi sebagai antitesa dari masyarakat militer. Oleh sebab itu eksistensi masyarakat sipil selalu dianggap berjalan linier dengan penggugatan Dwi Fungsi ABRI. Dengan begitu menurut yang pro pada pemikiran ini, konsep Indonesia baru yang dicita-citakan merupakan masyarakat tanpa pengaruh dan dominasi kekuatan militer. Maka dengan demikian dinamika kehidupan sosial dan politik harus memiliki garis batas pemisah yang jelas dengan dinamika pertahanan dan keamanan.
Koreksi kritis terhadap peran sosial ABRI bagi sementara orang merupakan keharusan sejarah setelah melihat betapa rezim lama memposisikan ABRI sebagai “backing” untuk melindungi kepentingan-kepentingan kelompok ekonomi kuat tertentu yang memiliki akses bagi penguatan legitimasi politik Soeharto. Sementara mereka tidak melihat komitmen yang sebanding untuk fungsi substansialnya yakni pertahanan dan keamanan.
Berlanjutnya kerusuhan di beberapa tempat dan terancamnya rasa aman masyarakat, serta kekurangprofesionalan dalam teknik penanganan pada kasus-kasus politik tertentu merupakan bukti kuat bahwa militer tidak cukup memiliki kecakapan pada fungsi utamanya. Maka sangat wajar bila kader-kader militer dipersilahkan untuk hengkang dari posisi eksekutif dan legislatif, ke tempat yang lebih fungsional yakni barak-barak.
Kekurangsetujuan terhadap implementasi Dwi Fungsi ABRI, khususnya tugas kekaryaan, sebenarnya syah-syah saja namun masalahnya apakah masyarakat madani tepat bila hanya dipersepsikan sebagai bentuk peminggiran peran militer. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala “contradictio internemis” pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa ini.
Masyarakat Sipil Vs Negara
Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society) dalam wacana baku ilmu sosial pada dasarnya dipahami sebagai antitesa dari “masyarakat politik” atau negara. Pemikiran itu dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel, Marx, Gramsci dan lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang sebagai bentuk koreksi radikal kepada eksistensi negara karena peranannya yang cenderung menjadi alat kapitalisme.
Substansi pembahasannya terletak pada penggugatan hegemoni negara dalam melanggengkan kekuatan kelompok kapitalis dengan memarjinalkan peran masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah kekuatan non-pemerintah yang mampu mengimbangi dan mencegah kekuatan negara untuk mengurangi tekanan-tekanan yang tidak adil kepada rakyatnya. Akan tetapi di sisi lain, mendukung peran pemerintah dalam menjadi juru damai dan penjaga keamanan dari kemungkinan konflik-konflik antar kepentingan dalam masyarakat.
Dengan kata lain perlu adanya reposisi struktural dan kultural antar komponen dalam masyarakat, sederhananya, “serahkan urusan rakyat pada rakyat, dan posisikan pemerintah sebagai pejaga malam”.
Penggugatan peran pemerintah oleh rakyat dalam konstelasi sosial di Indonesia bukan sama sekali baru. Bob S.Hadiwinata (1999) mencatat sejarah panjang gerakan sosial di Indonesia, yakni sejak abad ke-19 sampai masa orde baru. Menurutnya pemerintahan orde baru, Soeharto, telah “berhasil” mengangkangi hak-hak sipil selama 32 tahun, dengan apa yang ia sebut “tiga strategi utama”. Dan selama itu pula proses marjinalisasi hak-hak rakyat terus berlangsung, untuk kepentingan sekelompok pengusaha kroninya, dengan bermodalkan slogan dan jargon “pembangunan”.
Celakanya rembesan semangatnya sampai pada strata pemerintahan yang paling bawah. Camat, lurah, sampai ketua RT pun lebih fasih melantunkan slogan dan jargon yang telah dipola untuk kepentingan ekonomi kuat. Tetapi sementara mereka menjadi gagap dalam mengaksentuasikan kepentingan rakyatnya sendiri. Maka yang terjadi, pasar yang telah mentradisonal menghidupi ribuan masyarakat kecil di bongkar untuk dijadikan mall atau pasar swalayan. Demikian pula, sawah dan kebun petani berubah fungsi menjadi lapangan golf. Perubahan yang terjadi di luar jangkauan kebutuhan dan pemikiran masyarakat karena mekanisme musyawarah lebih banyak didengungkan di ruang penataran ketimbang dalam komunikasi sosial.
Masyarakat Peradaban dan Jahiliyah
Umat Islam telah memperkenalkan konsep masyarakat peradaban, masyarakat madani, atau civil society, adalah Nabi Muhammad, Rosullullah s.a.w sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat peradaban tersebut. Setelah perjuangan di kota Makkah tidak menunjukkan hasil yang berarti, Allah telah menunjuk sebuah kota kecil, yang selanjutnya kita kenal dengan Madinah, untuk dijadikan basis perjuangan menuju masyarakat peradaban yang dicita-citakan. Di kota itu Nabi meletakan dasar-dasar masyarakat madani yakni kebebasan. Untuk meraih kebebasan, khususnya di bidang agama, ekonomi, sosial dan politik, Nabi diijinkan untuk memperkuat diri dengan membangun kekuatan bersenjata untuk melawan musuh peradaban. Hasil dari proses itu dalam sepuluh tahun, beliau berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berkeadilan, terbuka dan demokratis dengan dilandasi ketaqwaan dan ketaatan kepada ajaran Islam. Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep egaliterian pada tataran horizontal dan konsep ketaqwaan pada tataran vertikal. Nurcholis Madjid (1999:167-168) menyebut dengan semangat rabbaniyah atau ribbiyah sebagai landasan vertikal, sedangkan semangat insyanyah atau basyariah yang melandasi komunikasi horizontal.
Sistem sosial madani ala Nabi s.a.w memiliki ciri unggul, yakni kesetaraan, istiqomah, mengutamakan partisipasi, dan demokratisasi. Esensi ciri unggul tetap relavan dalam konteks waktu dan tempat berbeda, sehingga pada dasarnya prinsip itu layak diterapkan apalagi di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tanpa mengusik kepentingan dan keyakinan kelompok minoritas. Mengenai hal yang terakhir ini Nabi s.a.w telah memberi cotoh yang tepat, bagaimana sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas ini. Mungkinkah terwujud?
Berdasarkan kajian di atas masyarakat madani pada dasarnya adalah sebuah komunitas sosial dimana keadilan dan kesetaraan menjadi fundamennya. Muara dari pada itu adalah pada demokratisasi, yang dibentuk sebagai akibat adanya partisipasi nyata anggota kelompok masyarakat. Sementara hukum diposisikan sebagai satu-satunya alat pengendalian dan pengawasan perilaku masyarakat. Dari definisi itu maka karakteristik masyarakat madani, adalah ditemukannya fenomena, (a) demokratisasi, (b) partisipasi sosial, dan (c) supremasi hukum; dalam masyarakat.
Pertama, sehubungan dengan karakteristik pertama yakni demokratisasi, menurut Neera Candoke (1995:5-5) social society berkaitan dengan public critical rational discource yang secara ekplisit mempersyaratkan tumbuhnya demokrasi. Dalam kerangka itu hanya negara yang demokratis yang menjamin masyarakat madani. Pelaku politik dalam suatu negara (state) cenderung menyumbat masyarakat sipil, mekanisme demokrasi lah yang memiliki kekuatan untuk mengkoreksi kecenderungan itu. Sementara itu untuk tumbuhnya demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran berpribadi, kesetaraan, dan kemandirian. Syarat-syarat tersebut dalam konstatasi relatif memiliki linearitas dengan kesediaan untuk menerima dan memberi secara berimbang. Maka dalam konteks itu, mekanisme demokrasi antar komponen bangsa, terutama pelaku praktis politik, merupakan bagian yang terpenting dalam menuju masyarakat yang dicita-citakan tersebut.
Kedua, partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik untuk terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi bilamana tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga. Antitesa dari sebuah masyarakat madani adalah tirani yang memasung secara kultural maupun struktural kehidupan bangsa. Dan menempatkan cara-cara manipulatif dan represif sebagai instrumentasi sosialnya. Sehingga masyarakat pada umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai sebuah perubahan, dan tidak ada tempat yang cukup luang untuk mengekpresikan partisipasinya dalam proses perubahan.
Tirani seperti inilah, berdasarkan catatan sejarah, menjadi simbol-simbol yang dihadapi secara permanen gerakan masyarakat sipil. Mereka senantiasa berusaha keras mempertahankan status quo tanpa memperdulikan rasa keadilan yang berkembang dalam masyarakat. Pada masa orde baru cara-cara mobilisasi sosial lebih banyak dipakai ketimbang partisipasi sosial, sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian yang hilang di hampir seluruh proses pembangunan yang terjadi. Namun kemudian terbukti pemasungan partisipasi secara akumulatif berakibat fatal terhadap keseimbangan sosial politik, masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan, dan berakhir dengan protes-protes sosial serta pada gilirannya menurunnya kepercayaan masyarakat kepada sistem yang berlaku. Dengan demikian jelaslah terbukti bahwa partisipasi merupakan karakteristik yang harus ada dalam masyarakat madani. Demokrasi tanpa adanya partisipasi akan menyebabkan berlangsungnya demokrasi pura-pura atau pseudo democratic sebagaimana demokrasi yang dijalankan rezim orde baru.
Ketiga, penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan. Al-Qur’an menegaskan bahwa menegakan keadilan adalah perbuatan yang paling mendekati taqwa (Q.s. Al Maidah:5-8). Dengan demikian keadilan harus diposisikan secara netral, dalam artian, tidak ada yang harus dikecualikan untuk memperoleh kebenaran di atas hukum. Ini bisa terjadi bilamana terdapat komitmen yang kuat diantara komponen bangsa untuk iklas mengikatkan diri dengan sistem dan mekanisme yang disepakati bersama. Demokrasi tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan mengarah pada dominasi mayoritas yang pada gilirannya menghilangkan rasa keadilan bagi kelompok lain yang lebih minoritas. Demikian pula partisipasi tanpa diimbangi dengan menegakkan hukum akan membentuk masyarakat tanpa kendali (laissez faire).
Dengan demikian semakin jelas bahwa masyarakat madani merupakan bentuk sinergitas dari pengakuan hak-hak untuk mengembangkan demokrasi yang didasari oleh kesiapan dan pengakuan pada partisipasi rakyat, dimana dalam implentasi kehidupan peran hukum stategis sebagai alat pengendalian dan pengawasan dalam masyarakat. Namun timbul pertanyaan sejauh mana kesiapan bangsa Indonesia memasuki masyarakat seperti itu.
Penutup
Seperti telah dikemukakan di atas, masyarakat madani membutuhkan institusi sosial, non-pemerintahan, yang independen yang menjadi kekuatan penyeimbang dari negara. Posisi itu dapat ditempati organisasi masyarakat, maupun organisasi sosial politik bukan pemenang pemilu, maupun kekuatan-kekuatan terorganisir lainnya yang ada di masyarakat. Akan tetapi institusi tersebut selama orde baru relatif dikerdilkan dalam arti lebih sering berposisi sebagai corong kepentingan kekuasaan ketimbang menjadi kekuatan swadaya masyarakat.
Hegemoni kekuasaan demikian kuat sehingga kekuatan ril yang ada di masyarakat demikian terpuruk. Padahal merekalah yang sebenarnya yang diharapkan menjadi lokomotif untuk mewujudkan masyarakat madani. Ada memang beberapa LSM yang secara konsisten memainkan peranan otonomnya akan tetapi jumlahnya belum signifikan dengan jumlah rakyat Indonesia yang selain berjumlah besar juga terfragmentasi secara struktural maupun kultural. Fragmentasi sosial dan ekonomi seperti itu sangat sulit mewujudkan masyarakat dengan visi kemandirian yang sama. Padahal untuk duduk sama rendah berdiri sama tinggi membutuhkan kesamaan visi dan kesadaran independensi yang tinggi. Dengan demikian boleh jadi masyarakat peradaban yang kita cita-citakan masih membutuhkan proses yang panjang. Dan boleh jadi hanya impian manakala pro status quo tetap berkuasa.
Saat ini gejala itu sudah ada, sehingga kebutuhan membuat wacana ini lebih terbuka menjadi sangat penting dalam kerangka pendidikan politik bagi masyarakat luas.
Masyarakat Sipil Vs Militer
Dalam tataran praktis sementara orang melihat, masyarakat madani dianggap sebagai institusi sosial yang mampu mengkoreksi kekuatan “militer “ yang otoriter. Dalam arti lain masyarakat sipil memiliki konotasi sebagai antitesa dari masyarakat militer. Oleh sebab itu eksistensi masyarakat sipil selalu dianggap berjalan linier dengan penggugatan Dwi Fungsi ABRI. Dengan begitu menurut yang pro pada pemikiran ini, konsep Indonesia baru yang dicita-citakan merupakan masyarakat tanpa pengaruh dan dominasi kekuatan militer. Maka dengan demikian dinamika kehidupan sosial dan politik harus memiliki garis batas pemisah yang jelas dengan dinamika pertahanan dan keamanan.
Koreksi kritis terhadap peran sosial ABRI bagi sementara orang merupakan keharusan sejarah setelah melihat betapa rezim lama memposisikan ABRI sebagai “backing” untuk melindungi kepentingan-kepentingan kelompok ekonomi kuat tertentu yang memiliki akses bagi penguatan legitimasi politik Soeharto. Sementara mereka tidak melihat komitmen yang sebanding untuk fungsi substansialnya yakni pertahanan dan keamanan.
Berlanjutnya kerusuhan di beberapa tempat dan terancamnya rasa aman masyarakat, serta kekurangprofesionalan dalam teknik penanganan pada kasus-kasus politik tertentu merupakan bukti kuat bahwa militer tidak cukup memiliki kecakapan pada fungsi utamanya. Maka sangat wajar bila kader-kader militer dipersilahkan untuk hengkang dari posisi eksekutif dan legislatif, ke tempat yang lebih fungsional yakni barak-barak.
Kekurangsetujuan terhadap implementasi Dwi Fungsi ABRI, khususnya tugas kekaryaan, sebenarnya syah-syah saja namun masalahnya apakah masyarakat madani tepat bila hanya dipersepsikan sebagai bentuk peminggiran peran militer. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala “contradictio internemis” pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa ini.
Masyarakat Sipil Vs Negara
Masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society) dalam wacana baku ilmu sosial pada dasarnya dipahami sebagai antitesa dari “masyarakat politik” atau negara. Pemikiran itu dapat dilacak dari pendapatnya Hobbes, Locke, Montesquieu, Hegel, Marx, Gramsci dan lain-lain. Pemikiran mengenai masyarakat sipil tumbuh dan berkembang sebagai bentuk koreksi radikal kepada eksistensi negara karena peranannya yang cenderung menjadi alat kapitalisme.
Substansi pembahasannya terletak pada penggugatan hegemoni negara dalam melanggengkan kekuatan kelompok kapitalis dengan memarjinalkan peran masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah kekuatan non-pemerintah yang mampu mengimbangi dan mencegah kekuatan negara untuk mengurangi tekanan-tekanan yang tidak adil kepada rakyatnya. Akan tetapi di sisi lain, mendukung peran pemerintah dalam menjadi juru damai dan penjaga keamanan dari kemungkinan konflik-konflik antar kepentingan dalam masyarakat.
Dengan kata lain perlu adanya reposisi struktural dan kultural antar komponen dalam masyarakat, sederhananya, “serahkan urusan rakyat pada rakyat, dan posisikan pemerintah sebagai pejaga malam”.
Penggugatan peran pemerintah oleh rakyat dalam konstelasi sosial di Indonesia bukan sama sekali baru. Bob S.Hadiwinata (1999) mencatat sejarah panjang gerakan sosial di Indonesia, yakni sejak abad ke-19 sampai masa orde baru. Menurutnya pemerintahan orde baru, Soeharto, telah “berhasil” mengangkangi hak-hak sipil selama 32 tahun, dengan apa yang ia sebut “tiga strategi utama”. Dan selama itu pula proses marjinalisasi hak-hak rakyat terus berlangsung, untuk kepentingan sekelompok pengusaha kroninya, dengan bermodalkan slogan dan jargon “pembangunan”.
Celakanya rembesan semangatnya sampai pada strata pemerintahan yang paling bawah. Camat, lurah, sampai ketua RT pun lebih fasih melantunkan slogan dan jargon yang telah dipola untuk kepentingan ekonomi kuat. Tetapi sementara mereka menjadi gagap dalam mengaksentuasikan kepentingan rakyatnya sendiri. Maka yang terjadi, pasar yang telah mentradisonal menghidupi ribuan masyarakat kecil di bongkar untuk dijadikan mall atau pasar swalayan. Demikian pula, sawah dan kebun petani berubah fungsi menjadi lapangan golf. Perubahan yang terjadi di luar jangkauan kebutuhan dan pemikiran masyarakat karena mekanisme musyawarah lebih banyak didengungkan di ruang penataran ketimbang dalam komunikasi sosial.
Masyarakat Peradaban dan Jahiliyah
Umat Islam telah memperkenalkan konsep masyarakat peradaban, masyarakat madani, atau civil society, adalah Nabi Muhammad, Rosullullah s.a.w sendiri yang memberikan teladan ke arah pembentukan masyarakat peradaban tersebut. Setelah perjuangan di kota Makkah tidak menunjukkan hasil yang berarti, Allah telah menunjuk sebuah kota kecil, yang selanjutnya kita kenal dengan Madinah, untuk dijadikan basis perjuangan menuju masyarakat peradaban yang dicita-citakan. Di kota itu Nabi meletakan dasar-dasar masyarakat madani yakni kebebasan. Untuk meraih kebebasan, khususnya di bidang agama, ekonomi, sosial dan politik, Nabi diijinkan untuk memperkuat diri dengan membangun kekuatan bersenjata untuk melawan musuh peradaban. Hasil dari proses itu dalam sepuluh tahun, beliau berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat yang berkeadilan, terbuka dan demokratis dengan dilandasi ketaqwaan dan ketaatan kepada ajaran Islam. Salah satu yang utama dalam tatanan masyarakat ini adalah pada penekanan pola komunikasi yang menyandarkan diri pada konsep egaliterian pada tataran horizontal dan konsep ketaqwaan pada tataran vertikal. Nurcholis Madjid (1999:167-168) menyebut dengan semangat rabbaniyah atau ribbiyah sebagai landasan vertikal, sedangkan semangat insyanyah atau basyariah yang melandasi komunikasi horizontal.
Sistem sosial madani ala Nabi s.a.w memiliki ciri unggul, yakni kesetaraan, istiqomah, mengutamakan partisipasi, dan demokratisasi. Esensi ciri unggul tetap relavan dalam konteks waktu dan tempat berbeda, sehingga pada dasarnya prinsip itu layak diterapkan apalagi di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tanpa mengusik kepentingan dan keyakinan kelompok minoritas. Mengenai hal yang terakhir ini Nabi s.a.w telah memberi cotoh yang tepat, bagaimana sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas ini. Mungkinkah terwujud?
Berdasarkan kajian di atas masyarakat madani pada dasarnya adalah sebuah komunitas sosial dimana keadilan dan kesetaraan menjadi fundamennya. Muara dari pada itu adalah pada demokratisasi, yang dibentuk sebagai akibat adanya partisipasi nyata anggota kelompok masyarakat. Sementara hukum diposisikan sebagai satu-satunya alat pengendalian dan pengawasan perilaku masyarakat. Dari definisi itu maka karakteristik masyarakat madani, adalah ditemukannya fenomena, (a) demokratisasi, (b) partisipasi sosial, dan (c) supremasi hukum; dalam masyarakat.
Pertama, sehubungan dengan karakteristik pertama yakni demokratisasi, menurut Neera Candoke (1995:5-5) social society berkaitan dengan public critical rational discource yang secara ekplisit mempersyaratkan tumbuhnya demokrasi. Dalam kerangka itu hanya negara yang demokratis yang menjamin masyarakat madani. Pelaku politik dalam suatu negara (state) cenderung menyumbat masyarakat sipil, mekanisme demokrasi lah yang memiliki kekuatan untuk mengkoreksi kecenderungan itu. Sementara itu untuk tumbuhnya demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran berpribadi, kesetaraan, dan kemandirian. Syarat-syarat tersebut dalam konstatasi relatif memiliki linearitas dengan kesediaan untuk menerima dan memberi secara berimbang. Maka dalam konteks itu, mekanisme demokrasi antar komponen bangsa, terutama pelaku praktis politik, merupakan bagian yang terpenting dalam menuju masyarakat yang dicita-citakan tersebut.
Kedua, partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik untuk terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi bilamana tersedia iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga. Antitesa dari sebuah masyarakat madani adalah tirani yang memasung secara kultural maupun struktural kehidupan bangsa. Dan menempatkan cara-cara manipulatif dan represif sebagai instrumentasi sosialnya. Sehingga masyarakat pada umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai sebuah perubahan, dan tidak ada tempat yang cukup luang untuk mengekpresikan partisipasinya dalam proses perubahan.
Tirani seperti inilah, berdasarkan catatan sejarah, menjadi simbol-simbol yang dihadapi secara permanen gerakan masyarakat sipil. Mereka senantiasa berusaha keras mempertahankan status quo tanpa memperdulikan rasa keadilan yang berkembang dalam masyarakat. Pada masa orde baru cara-cara mobilisasi sosial lebih banyak dipakai ketimbang partisipasi sosial, sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian yang hilang di hampir seluruh proses pembangunan yang terjadi. Namun kemudian terbukti pemasungan partisipasi secara akumulatif berakibat fatal terhadap keseimbangan sosial politik, masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan, dan berakhir dengan protes-protes sosial serta pada gilirannya menurunnya kepercayaan masyarakat kepada sistem yang berlaku. Dengan demikian jelaslah terbukti bahwa partisipasi merupakan karakteristik yang harus ada dalam masyarakat madani. Demokrasi tanpa adanya partisipasi akan menyebabkan berlangsungnya demokrasi pura-pura atau pseudo democratic sebagaimana demokrasi yang dijalankan rezim orde baru.
Ketiga, penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan. Al-Qur’an menegaskan bahwa menegakan keadilan adalah perbuatan yang paling mendekati taqwa (Q.s. Al Maidah:5-8). Dengan demikian keadilan harus diposisikan secara netral, dalam artian, tidak ada yang harus dikecualikan untuk memperoleh kebenaran di atas hukum. Ini bisa terjadi bilamana terdapat komitmen yang kuat diantara komponen bangsa untuk iklas mengikatkan diri dengan sistem dan mekanisme yang disepakati bersama. Demokrasi tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan mengarah pada dominasi mayoritas yang pada gilirannya menghilangkan rasa keadilan bagi kelompok lain yang lebih minoritas. Demikian pula partisipasi tanpa diimbangi dengan menegakkan hukum akan membentuk masyarakat tanpa kendali (laissez faire).
Dengan demikian semakin jelas bahwa masyarakat madani merupakan bentuk sinergitas dari pengakuan hak-hak untuk mengembangkan demokrasi yang didasari oleh kesiapan dan pengakuan pada partisipasi rakyat, dimana dalam implentasi kehidupan peran hukum stategis sebagai alat pengendalian dan pengawasan dalam masyarakat. Namun timbul pertanyaan sejauh mana kesiapan bangsa Indonesia memasuki masyarakat seperti itu.
Penutup
Seperti telah dikemukakan di atas, masyarakat madani membutuhkan institusi sosial, non-pemerintahan, yang independen yang menjadi kekuatan penyeimbang dari negara. Posisi itu dapat ditempati organisasi masyarakat, maupun organisasi sosial politik bukan pemenang pemilu, maupun kekuatan-kekuatan terorganisir lainnya yang ada di masyarakat. Akan tetapi institusi tersebut selama orde baru relatif dikerdilkan dalam arti lebih sering berposisi sebagai corong kepentingan kekuasaan ketimbang menjadi kekuatan swadaya masyarakat.
Hegemoni kekuasaan demikian kuat sehingga kekuatan ril yang ada di masyarakat demikian terpuruk. Padahal merekalah yang sebenarnya yang diharapkan menjadi lokomotif untuk mewujudkan masyarakat madani. Ada memang beberapa LSM yang secara konsisten memainkan peranan otonomnya akan tetapi jumlahnya belum signifikan dengan jumlah rakyat Indonesia yang selain berjumlah besar juga terfragmentasi secara struktural maupun kultural. Fragmentasi sosial dan ekonomi seperti itu sangat sulit mewujudkan masyarakat dengan visi kemandirian yang sama. Padahal untuk duduk sama rendah berdiri sama tinggi membutuhkan kesamaan visi dan kesadaran independensi yang tinggi. Dengan demikian boleh jadi masyarakat peradaban yang kita cita-citakan masih membutuhkan proses yang panjang. Dan boleh jadi hanya impian manakala pro status quo tetap berkuasa.
memang aku yang salah
.....
aku tahu ni tak bsa dimaafin...
dan aku tahu mreka uadh jijik ma q...
tp nti'a q ttp mnta maaf wlau gg bakalan dimaafin seumur hdup...
aku memang gtw tw trimakasih...
tukang hayal...
dan tukang mnfaatin org...
gue udah gg sempurna tp knp gue hrus mlkukan perbuatan hina...
dan knp gue nyesel'a skrg...
telllaaattt wannn....
emang dasar bego w...
dah dpet tmn yg baik mlah buat mreka kecewa berat..
skrg w ngerti knp org tu gg boleh boonk..
krena kpercayaan ssah didpet...
dan w akuin w mank g punya hati n w gk pnya kekayaan hati yg mreka pnya...
yang w tw cma ngarang... ngarang... ngarang... n ngarang...
w tw w gg bakal dimaafin... tp skali ;g w mnta maaf...
aku tahu ni tak bsa dimaafin...
dan aku tahu mreka uadh jijik ma q...
tp nti'a q ttp mnta maaf wlau gg bakalan dimaafin seumur hdup...
aku memang gtw tw trimakasih...
tukang hayal...
dan tukang mnfaatin org...
gue udah gg sempurna tp knp gue hrus mlkukan perbuatan hina...
dan knp gue nyesel'a skrg...
telllaaattt wannn....
emang dasar bego w...
dah dpet tmn yg baik mlah buat mreka kecewa berat..
skrg w ngerti knp org tu gg boleh boonk..
krena kpercayaan ssah didpet...
dan w akuin w mank g punya hati n w gk pnya kekayaan hati yg mreka pnya...
yang w tw cma ngarang... ngarang... ngarang... n ngarang...
w tw w gg bakal dimaafin... tp skali ;g w mnta maaf...
Sabtu, 20 November 2010
akhir hidup seorang el 5
"kenapa kalian harus menghina anak ini, jelas-jelas dia berbeda dengan kalian.... kenapa kalian justru tidak membantunya...? kalian itu masih anak-anak harusnya belajar untuk menolong dan menghargai sesama..." dan ternyata yang berkata seperti itu adalah adit, anak tante ranti. "ngapain lo belain gue..." jawab el. "aku gak ngebela kamu kok, aku cma membenarkan yang terjadi, gak seharusnya anak kecil itu berbicara kotor pada temannya sendiri..." jwab adit lagi. "sekarang satu-satu diantara kalian minta maaf pada anak ini" tiba-tiba adit mengambil tindakan, dan el pun menjawab "apa ...??? anak ini... gue punya nama..." jawab el ketus. "ya aku tahu kau punya nama dan aku tau sypa namamu, tapi kita kan belum resmi berkenalan, pas aku ngajak kenalan kamu malah masuk rumah..." jawab adit balik. "ah terserah lah... nama gue el..." jawab el lagi. "oke namaku adit adik kecil.." lalu setelah itu adit menyuruh anak-anak itu lagi untuk tidak menghina el lagi. "sekarang kalian janji sama kakak kalo kalian akan lebih menghargai el... dia kan juga teman kalian..." ajak adit pada anak-anak itu. "maafkan kami ya el... " anak-anak itu sertempak minta maaf pada el, dan memeluk el.
Jumat, 19 November 2010
Rabu, 17 November 2010
Best Female Singer Ever
Maria Callas - Born December 2, 1923 in the U.S.A., Maria Callas was an opera singer. She was named "La Divina" due to her outstanding vocal talent and versatility. Ms. Callas received her musical education in Athens and trained as a dramatic soprano but could also sing in any vocal register. She made her professional debut in 1942, and returned to America in 1945 where she sang for the Metropolitan Opera and various productions in Venice and in Chicago in the 1950s. She passed away in 1977 at the age of 53.
Aretha Franklin - Born March 25, 1942 in the U.S.A., Aretha Franklin is a singer and songwriter. Ms. Franklin was a child prodigy with a gifted voice and could also play piano. She released her first gospel album at 14 years old. She has a powerful vocal range which she uses in her gospel, pop and R&B recordings. She has won an incredible 20 Grammy Awards since she began her career in 1960. She has been named "The Queen of Soul" with one of her more famous songs being "Respect".
Whitney Houston - born August 9, 1963 in the U.S.A., Whitney Houston has a soprano voice who records in the genres of gospel and R&B. She comes from a musical family with her mother, Cissy Houston, being a gospel singer who toured with Aretha Franklin as a backup singer. Whitney also has a cousin in the music business, Dionne Warwick. Houston is famous for her powerful voice with a range of five octaves. She released her debut album in the 80's which became the largest selling debut album by a female. In the 90's she became a movie star as well, but then dropped out of the spotlight. She is currently working on releasing an album this year.
Celine Dion - born on March 30, 1968 in Quebec, Canada, she started her career as a French teen singer. She is now considered a soprano pop rock singer. She released her first English album in 1990 and since has become one of the most successful singers of all-time; also performing to sold-out crowds for five years in Las Vegas, Nevada. She is known for her technically skilled and strong vocals in the rock, classical, gospel and R&B genres and is truly an icon.
Patsy Cline - born September 8, 1932 as Virginia Patterson Hensley, in Virginia, U.S.A., Ms. Cline was a country music singer with crossover into pop music. She is best known for her expressive singing style and rich tones in her voice, and she has been an inspiration to many vocalists. In her early 20's in 1955 she was signed to Four Star Records. She released several albums but passed away prematurely in a 1963 plane crash at the age of 30. Since her death, she has sold millions of albums and been given many awards posthumously.
Patti LaBelle - born as Patricia Louise Holte on May 24, 1944 in the U.S.A., Patti LaBelle is a passionate singer with a wide vocal range who is also capable of singing in high octaves. She has recorded as an R&B and soul singer. In 1961 she was part of a group named 'The Ordettes' when they were signed to Blue Note Records. The president of Blue Note Records renamed them 'Patti LaBelle and the Bluebelles'. The name was shortened to 'LaBelle' in 1970. In 1977, Patti released her debut solo album and continues to release albums and make guest appearances at various functions and on t.v. shows.
Mariah Carey - born on March 27, 1970 in New York, U.S.A., Mariah Carey is a soprano singer in the pop genre with more recent releases having a hip hop tone. Her voice is known for it's range and power. She is able to cover all notes from alto range up to soprano and her most known ability is the whistle register. She made her first album in 1990 and went on to become one of the most successful singers in the U.S.A. throughout the 90's. She continues to release and sell albums to a new generation of fans.
Pat Benatar - born January 10, 1953 as Patricia Mae Andrzejewski in New York, U.S.A., she has a strong mezzo-soprano vocal range. Pat started singing in Grade 4 and later attended The Juliard School. She was part of the band 'Rising Star' in 1975, and as well as recording commercial jingles, she played a part in the rock musical "The Zephyr" in 1976. In 1978 her band was signed to Chrysalis Records. She won four consecutive Grammy Awards for "Best Rock Vocal Performance, Female" from 1980 through 1983, and nominations in following years as well. Benatar has seven platinum albums to her credit and is scheduled to release an acoustic album in the Fall of 2008.
Christina Aguilera - born December 18, 1980 in the U.S.A., Christina Aguilera has a soprano, four-octave vocal range. She sings in the pop and R&B genres with influences in jazz, soul and blues on her more recent releases. She began her career on the New Mickey Mouse Club and then released her first album at the age of 18 years old; showing great talent for such a young singer. Since that release she has sold more than 37 million albums. She is a singer, songwriter and a record producer.
Judy Garland - born June 19, 1922 as Frances Ethel Gumm in the U.S.A., she became an actor and singer in the contralto range. She started out in vaudeville with her two sisters and then acted in movies as a teenager, including the 1939 Metro-Goldwyn-Mayer production "The Wizard of Oz" in which she sings her signature song "Over the Rainbow". Many movies and fifteen years later she made sold-out concert appearances, including Carnegie Hall and also appeared on television. Her two-record album "Judy at Carnegie Hall" won five Grammy Awards and continues to sell to this day. She died of an unintentional drug overdose in 1969 at the age of 47 years. She was awarded the Grammy Lifetime Achievement Award posthumously in 1997.
dikutip dari :
http://www.destican.com/music-female-singers.htm
Aretha Franklin - Born March 25, 1942 in the U.S.A., Aretha Franklin is a singer and songwriter. Ms. Franklin was a child prodigy with a gifted voice and could also play piano. She released her first gospel album at 14 years old. She has a powerful vocal range which she uses in her gospel, pop and R&B recordings. She has won an incredible 20 Grammy Awards since she began her career in 1960. She has been named "The Queen of Soul" with one of her more famous songs being "Respect".
Whitney Houston - born August 9, 1963 in the U.S.A., Whitney Houston has a soprano voice who records in the genres of gospel and R&B. She comes from a musical family with her mother, Cissy Houston, being a gospel singer who toured with Aretha Franklin as a backup singer. Whitney also has a cousin in the music business, Dionne Warwick. Houston is famous for her powerful voice with a range of five octaves. She released her debut album in the 80's which became the largest selling debut album by a female. In the 90's she became a movie star as well, but then dropped out of the spotlight. She is currently working on releasing an album this year.
Celine Dion - born on March 30, 1968 in Quebec, Canada, she started her career as a French teen singer. She is now considered a soprano pop rock singer. She released her first English album in 1990 and since has become one of the most successful singers of all-time; also performing to sold-out crowds for five years in Las Vegas, Nevada. She is known for her technically skilled and strong vocals in the rock, classical, gospel and R&B genres and is truly an icon.
Patsy Cline - born September 8, 1932 as Virginia Patterson Hensley, in Virginia, U.S.A., Ms. Cline was a country music singer with crossover into pop music. She is best known for her expressive singing style and rich tones in her voice, and she has been an inspiration to many vocalists. In her early 20's in 1955 she was signed to Four Star Records. She released several albums but passed away prematurely in a 1963 plane crash at the age of 30. Since her death, she has sold millions of albums and been given many awards posthumously.
Patti LaBelle - born as Patricia Louise Holte on May 24, 1944 in the U.S.A., Patti LaBelle is a passionate singer with a wide vocal range who is also capable of singing in high octaves. She has recorded as an R&B and soul singer. In 1961 she was part of a group named 'The Ordettes' when they were signed to Blue Note Records. The president of Blue Note Records renamed them 'Patti LaBelle and the Bluebelles'. The name was shortened to 'LaBelle' in 1970. In 1977, Patti released her debut solo album and continues to release albums and make guest appearances at various functions and on t.v. shows.
Mariah Carey - born on March 27, 1970 in New York, U.S.A., Mariah Carey is a soprano singer in the pop genre with more recent releases having a hip hop tone. Her voice is known for it's range and power. She is able to cover all notes from alto range up to soprano and her most known ability is the whistle register. She made her first album in 1990 and went on to become one of the most successful singers in the U.S.A. throughout the 90's. She continues to release and sell albums to a new generation of fans.
Pat Benatar - born January 10, 1953 as Patricia Mae Andrzejewski in New York, U.S.A., she has a strong mezzo-soprano vocal range. Pat started singing in Grade 4 and later attended The Juliard School. She was part of the band 'Rising Star' in 1975, and as well as recording commercial jingles, she played a part in the rock musical "The Zephyr" in 1976. In 1978 her band was signed to Chrysalis Records. She won four consecutive Grammy Awards for "Best Rock Vocal Performance, Female" from 1980 through 1983, and nominations in following years as well. Benatar has seven platinum albums to her credit and is scheduled to release an acoustic album in the Fall of 2008.
Christina Aguilera - born December 18, 1980 in the U.S.A., Christina Aguilera has a soprano, four-octave vocal range. She sings in the pop and R&B genres with influences in jazz, soul and blues on her more recent releases. She began her career on the New Mickey Mouse Club and then released her first album at the age of 18 years old; showing great talent for such a young singer. Since that release she has sold more than 37 million albums. She is a singer, songwriter and a record producer.
Judy Garland - born June 19, 1922 as Frances Ethel Gumm in the U.S.A., she became an actor and singer in the contralto range. She started out in vaudeville with her two sisters and then acted in movies as a teenager, including the 1939 Metro-Goldwyn-Mayer production "The Wizard of Oz" in which she sings her signature song "Over the Rainbow". Many movies and fifteen years later she made sold-out concert appearances, including Carnegie Hall and also appeared on television. Her two-record album "Judy at Carnegie Hall" won five Grammy Awards and continues to sell to this day. She died of an unintentional drug overdose in 1969 at the age of 47 years. She was awarded the Grammy Lifetime Achievement Award posthumously in 1997.
dikutip dari :
http://www.destican.com/music-female-singers.htm
Selasa, 16 November 2010
| Celine Dion | ||
|---|---|---|
| Latar belakang | ||
| Nama lahir | Céline Marie Claudette Dion | |
| Lahir | 30 Maret 1968 (umur 42) Charlemagne, Quebec, Kanada | |
| Asal | Montreal, Quebec, Kanada | |
| Genre | Pop, rock | |
| Pekerjaan | Penyanyi, penulis lagu | |
| Tahun aktif | 1981 – sekarang | |
| Perusahaan rekaman | 550 Music/Epic/SME Records (1986–2004) Epic/SBMG Records (2004–2007) SBMG Records/Columbia [2007-sekarang] | |
| Situs web | www.celinedion.com | |
Céline Marie Claudette Dion (lahir di Charlemagne, Quebec, Kanada, 30 Maret 1968; umur 42 tahun) atau lebih dikenal dengan Celine Dion merupakan seorang penyanyi dan diva pop dunia berkebangsaan Kanada. Ia memulai debutnya di industri rekaman pada tahun 1981 sebagai penyanyi berbahasa Perancis, di bawah bimbingan René Angélil, yang kemudian menjadi suaminya sampai sekarang.[1] Ia pun kemudian menjadi penyanyi terkenal di negara-negara berbahasa Perancis. Pada tahun 1990, Celine mulai merilis album berbahasa Inggris pertamanya, Unison yang melejitkan namanya di Amerika Utara dan di seluruh dunia.[2] Sepanjang dekade 1990-an, Celine meraih kesuksesan di seluruh dunia dengan sejumlah album dalam bahasa Inggris dan Perancis, menjadikannya salah satu artis tersukses dalam sejarah musik pop.[3][4]
Sepanjang perjalanan kariernya, Celine telah menerima banyak penghargaan diantaranya: 5 Grammy Awards, 12 World Music Awards, 7 American Music Awards, 7 Billboard Music Awards, 21 Juno Awards dan 39 Felix Awards.
Pada tahun 1996, Celine menerima penghargaan "Medals of Arts and Letters" dari pemerintah Perancis sebagai artis berbahasa Perancis terlaris dalam sejarah. Pada tahun 2004, ia juga dianugerahi Chopard Diamond award oleh World Music Awards sebagai artis wanita terlaris sepanjang masa.[5][6] Pada tahun 2007, Sony BMG mengumumkan bahwa Dion telah menjual lebih dari 200 juta keping album di seluruh dunia.
Masa kecil dan awal karier (1968-1989)
Celine Dion dilahirkan di kota kecil Charlemagne, Quebec, Kanada dari pasangan berdarah Kanada-Perancis.[4][8] Ia dibesarkan di tengah keluarga sederhana yang sangat dekat dengan musik. Di usia kanak-kanak, Celine sudah mulai tampil dan di usia 12 tahun, ia mulai merekam lagu pertamanya berjudul "Ce n'était qu'un rêve".[8] Kakak laki-lakinya kemudian mengirimkan rekaman lagu tersebut kepada René Angélil, seorang manejer musik.[1] Angélil pun terharu mendengar suara Dion dan bertekad menjadikannya seorang bintang.[8]Pada tahun 1981, Celine merilis album pertamanya dalam bahasa Perancis, La voix du bon Dieu, yang menjadi album lokal nomor 1 di Quebec. Popularitasnya semakin menanjak saat menjuarai Festival Lagu Populer Dunia Yamaha 1982 di Jepang sebagai "Top Performer" dan "Best Song".[1] Pada tahun 1983, Dion menjadi artis Kanada pertama yang meraih penghargaan Gold di Perancis dengan singel berjudul "D'amour ou d'amitié".[1][9] Pada tahun 1988, ia kembali menjuarai ajang Kontes Lagu Eurovision di Swiss dan Irlandia.[10]
Hingga akhir dekade 1980-an, Celine telah merilis sebanyak 14 album dalam bahasa ibunya, 11 di Kanada dan 3 di Perancis. Untuk artis berbahasa Perancis ia sudah termasuk artis yang sukses, namun namanya masih tidak dikenal di negara-negara berbahasa Inggris. Setelah melihat penampilan Michael Jackson, Celine akhirnya bertekad untuk menjadi superstar dunia.[11] Ia kemudian mempelajari bahasa Inggris dan merombak penampilannya agar bisa diterima industri musik internasional.
Menerobos industri musik internasional (1990-1995)
Pada tahun 1990, Dion melancarkan album berbahasa Inggris pertamanya, Unison.[1] Untuk album pertamanya ini Dion dibantu oleh banyak musisi terkenal termasuk Vito Luprano dan David Foster.[12] Ia pun seketika menjadi pendatang baru bersinar di Amerika, Eropa dan Asia. Album ini menelurkan singel "Where Does My Heart Beat Now" yang berhasil mencapai Top 5 di tangga lagu Billboard Hot 100. Dion benar-benar mencapai popularitasnya di kancah internasional setelah berduet dengan Peabo Bryson dalam soundtrack film Disney, Beauty and the Beast (1991).[13] Lagu ini berhasil memenangkan kategori "Best Song" di Academy Awards dan "Best Pop Performance by a Duo or Group with Vocal" di ajang Grammy Awards.[12]Celine merilis album keduanya bertajuk Celine Dion di tahun 1992. Selain "Beauty and the Beast", album ini memuat singel "If You Asked Me To" yang mencapai posisi 4 di Billboard Hot 100. Album ini meraih banyak penghargaan dan mengantarkan Dion menjadi penyanyi terkenal ke seluruh dunia. Sayangnya, ditengah kesuksesannya, Celine mendapat kritikan dari penggemarnya yang berbahasa Perancis karena merasa diabaikan.[12][14] Di saat memenangkan Felix Awards sebagai "English Artist of the Year", Dion pun terang-terangan menolak penghargaan tersebut dan menyatakan bahwa ia adalah seorang artis Perancis dan akan selalu menjadi artis Perancis.[2][15]
Pada tahun 1983, Dion meluncurkan album The Colour of My Love yang fokus pada percintaan.[16] Album ini pun melejit menjadi album top di seluruh dunia. Album ini melahirkan singel-singel nomor 1 pertama Dion: "The Power of Love" (Amerika Serikat, Kanada dan Australia), "Think Twice" (Britania Raya) dan "To Love You More" (Jepang). Album ini berhasil terjual lebih dari 20 juta keping di seluruh dunia. Celine kemudian mendapat penghargaan "World’s Best-selling Canadian Female Recording Artist of the Year" pada World Music Awards 1996.
Dion tidak melupakan bahasa ibunya, pada tahun 1991, ia merilis album Dion chante Plamondon yang sebagian besar diisi lagu-lagu daur ulang. Album Deux yang dirilis pada tahun 1995, merupakan album berbahasa Perancis tersukses Celine. Album ini sukses terjual lebih dari 7,5 juta keping dan merupakan album berbahasa Perancis terlaris sepanjang masa.[17] Di Perancis saja, album ini terjual sebanyak 4 juta kopi dan bercokol di puncak tangga album Perancis selama 44 minggu dan berada selama 2,5 tahun di tangga album tersebut. Album ini juga meraih kesuksesan di beberapa negara non-bahasa Perancis, termasuk Britania Raya.
Puncak popularitas di seluruh dunia (1996-1999)
Paruh akhir dekade 1990-an merupakan puncak popularitas Celine Dion di seluruh dunia. Di era ini Dion merilis 3 buah album berbahasa Inggris yang menjadi album-album tersuksesnya. Di mulai di tahun 1996, Dion merilis album Falling into You. Album ini berhasil mencapai posisi satu di banyak negara dan merupakan salah satu album terlaris di dunia dengan penjualan lebih dari 32 juta keping. Album ini menelurkan hits nomor 1 berjudul "Because You Loved Me". Album ini memenangkan 2 kategori di Grammy Awards, yaitu sebagai "Best Pop Album" dan "Album of the Year".Setahun berikutnya, album Let's Talk About Love dilepas ke pasaran. Album in terjual lebih dari 31 juta kopi di seluruh dunia dengan penjualan lebih dari 1 juta kopi di Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat bahkan mendapat sertifikasi Diamond dengan penjualan 10.550.000 juta keping. Album ini melahirkan hits "My Heart Will Go On", yang menjadi soundtrack film blockbuster, Titanic. Singel ini mencapai posisi nomor 1 di banyak tangga lagu di seluruh belahan dunia dan menjadi singel tersukses Dion sampai saat ini. Dengan "My Heart Will Go On", Celine berhasil memenangkan Grammy Awards untuk kategori "Best Female Pop Vocal Performance" dan "Record of the Year".
Album natal bertajuk These Are Special Times dirilis pada tahun 1999 lagi-lagi menjadi album sukses. Album ini merupakan salah satu album rohani terlaris sepanjang sejarah dengan penjualan lebih dari 11,5 juta keping. Singel dari album ini "I'm Your Angel" (duet dengan R. Kelly) menjadi singel nomor 1 keempat Dion di Amerika Serikat.
Status Celine sebagai salah satu diva terbesar semakin kuat saat ia diminta untuk tampil di acara VH1, Divas Live spesial tahun 1998. Pada tahun yang sama, Celine menerima 2 penghargaan tertinggi dari negara asalnya: "Officer of the Order of Canada for Outstanding Contribution to the World of Contemporary Music" serta "Officer of the National Order of Quebec". Tahun berikutnya, Celine menerima sebuah bintang di Canada's Walk of Fame atas kontribusinya dalam dunia hiburan.
Istirahat total dan kembali ke dunia musik (2000-sekarang)
Hingga akhir dekade 1990-an, Dion telah berhasil menjual lebih dari 100 juta album di seluruh dunia.[3] Setelah merilis kompilasi lagu-lagu terbaiknya sepanjang 1990-an bertajuk All the Way… A Decade of Song, Celine memutuskan untuk instirahat total dari dunia hiburan untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk hidupnya dan merawat sang suami yang didiagnosa kanker tenggorokan.[4] Dion kemudian melahirkan anak pertamanya, RenĂ©-Charles pada tahun 2001.Setelah 3 tahun menghilang dari dunia musik, Celine Dion akhrinya kembali dengan album bertajuk A New Day Has Come. Album ini langsung melejit ke posisi 1 di tangga album Billboard 200 dan terjual sebayak 558.000 keping di minggu pertamanya di Amerika. Total penjualan album ini di seluruh dunia mencapai lebih dari 9,5 juta keping.
Sementara untuk album berbahsa Perancis, Dion menandai kembalinya dengan album 1 fille & 4 types pada tahun 2003. Album ini mereguk sukses di Kanada, Perancis dan Belgia. Di Perancis, album ini meriah sertifikasi 2x Platinum dengan penjualan 700.000 keping.
Hingga tahun 2004, Celine telah berhasil menjual lebih 175 juta album di seluruh Dunia. Ia kemudian menerima Chopard Diamond award pada World Music Awards 2004 dan dinobatkan sebagai artis wanita terlaris sepanjang masa. Pada tahun yang sama Celine menerima sebuah bintang di Hollywood Walk of Fame.
Di tahun 2007, Sony BMG mengumumkan bahwa total penjualan album Celine Dion telah mencapai lebih dari 200 juta keping di seluruh dunia. Di tahun ini, Celine merilis album berbahasa Inggris bertajuk Taking Chances dan album berbahasa Perancis bertajuk D'elles.
Kehidupan pribadi
Sejak tahun 1992, Dion mulai menjalin hubungan dengan manajernya, René Angélil, meskipun usia mereka terpaut 26 tahun. Hubungan ini awalnya mereka rahasiakan dari publik karena takut dianggap ganjil.[18] Hubungan ini mulai diketahui publik saat Dion merilis album The Colour of My Love di tahun 1993.[12] Mereka kemudian menikah pada Desember 1994 dan disiarkan langsung di televisi Kanada.Pada 25 Januari 2001, saat istirahat total dari dunia hiburan, Dion melahirkan anak pertamanya, René-Charles.
Keartisan dan citra
Dion merupakan salah satu diva pop dunia yang sangat dikenal akan teknik dan kemampuan vokalnya. Ia sering dibanding-bandingkan dengan 2 diva lainnya, Mariah Carey dan Whitney Houston. Suaranya sering disebut sebagai salah satu suara paling berpengaruh dalam dunia musik pop. Ia memiliki suara berjenis sopran dengan jangkauan 3 oktaf yang kuat dan panjang. Majalah Cove meletakkan Celine di posisi 4 dalam daftar "100 Vokalis Pop Terkemuka". (entri ini disunting dari http://id.wikipedia.org/wiki/Celine_dion )
Celine Dion - Eyes On Me
Thisi is song of celine dion... so amazing and so easy listening... im so interest with this song... like this
tante celine ditunggu lagu-lagu terbarunya lagi...
akhir hidup seorang el 4
"apa baru dua bulan tapi kenapa sudah memakai kursi roda..?" tanya adit kaget sekali. "ya memang keadaan orang yang terkena penyakit lupus seperti itu, daya tahan tubuhnya gampangh menurun drastis" jawab mama el. "kami turut bersedih atas penyakit anak ibu, oia kalau boleh tahu siapa nama anak ibu" tanya bu ranti. "el.." jawab mama el singkat. 'nama yang unik dan indah.." jawab akhirnya merereka meneruskan pembicaraan samapai hari hampir soe hingga akhirnya mereka pamit, karena adit ada keperluan. Keesokan harinya saat el berdiam diri ditaman dekat rumahnya. "eh temen-temen ada anaka penyakitan tuh c elellelelelelelelbelel" ejek anak-anak yang ada ditaman. " lalu el mencoba mengayuh roda kursinya kearah pulang secepat mungkin, dan dari belakang ada anak yang memakai sepatu roda dan berkata "ehhhhh kursi roda masih jaman ya.... pake kaki donk... trus pake sepatu rodanya... huh asyik... hahahahahaha" lagi lagi dia terejek. dan tanpa disadari el anak-anak yang tadi mengejeknya mengikutinya dari belakang. Lalu ia menghentikan laju kursi rodanyadan sejenak diam diri, dan berkata "kenapa kalian tak henti-hentinya menghina ku apa salah ku..?" kata-kata itu tersaji dari mulutnya dengan spontan."yaiyalah kamu dihina secara kamu gak bisa jalan.. hahahaha" ketus sekali. Lalu datang seseorang dan dia berkata.
Senin, 15 November 2010
akhir hidup seorang el 3
Setelah itu mereka masuk bersamaan, dan bu ranti mengenalkan anaknya padda mama el. "ini anak saya bu, namanya adit" kata bu ranti. "wah anak ibu terlihat manis dan pintar ya.." puji mama el. "ah tante bisa saja, saaya tidak seperti itu kok" sela adit. Sembari mereka berbicara tak disangka el memperhatikan pembicaraan mereka bertiga sampai adit menyadari hal itu, dan menanyakan pada mama el. "tante kenapa anak tante tidak mau bergabung dengan kita?" tanya adit penasaran. "ouh..ouh.. ehmm itu mungkin karena dia malu... di usia nya yang kecil dia sudah memakai kursi roda" jawab mama el. "lho anak ibu kenapa memakai kursi roda?" tanya bu ranti pada mama el. "ehmmm...ehhmm.... aduh saya sulit menceritakannya... saya takut kalau nantinya kalian mengejek dia.." jawab mama el sambil menangis kebingungan. "maaf tante kami tidak seperti apa yang tante bayangkan" jawab adit. "sudah bu cerita saja, barang kalai saya bisa membantu" tawar bu ranti. "baiklah bu saya akan beritahu, anak saya terserang syndrom lupus" jawab mama el. "apa itu bu..?" tanya bu ranti kebingungan. "itu penyakit yang menyerang ketahanan tubuh dan semakin menimbnulkan efek layu pada wajah dan tubuh seseorang yang terkena virusnya, sampai sekarang virusnya masih belum diketahui penyebarannya pun masih pro kontra" jawab adit. "wah anak ibu pintar yah... saya jadi kagum..." jawab mama el sambil membilas air matanya dengan tissue. "sejak kapan anak tante terkena lupus" tanya adit, "baru 2 bulan ini nak adit" jawab mama el.
Minggu, 14 November 2010
akhir hidup seorang el 2
Mereka serentak bingung apa yang dimaksudkan oleh perkataan el. "adik manis kenapa kamu bicara seperti itu" tanya lelaki itu. ""karena aku yaklin kalian sama saja dengan yang lain, hanya menunggu kematian ku saja" setelah itu el pergi masuk kerumah dan memanggil ibunya. Sedangkan wanita dan lelaki itu masih bingung dengan apa yang dikatakan oleh el. lalu mama el datang "maaf siapa ya?" tanya mama el kebingungan. "Ouh saya ranti tetangga baru disini, rumah saya ada dikanan depan rumah anda, boleh kita berkenalan" tanya wanita itu. "oh tentu saja boleh, saya alisa, kalau begitu silakan masuk saja" tawar mama el.
Akhir hidup seorang el
yang kita tahu tentang anak kecil adalah kegembiraan dan keceriaan, tapi hal ini berbeda dengan el. el seorang anak umur 8 tahun yang mengidap sindrom lupus. dalam hidupnya ia hanya menemui kebosanan, kesakitan, ketakutan akan kematian, bahkan perasaan malu. tapi terkadang ia berpikir untuk apa dia hidup dengan keadaan yang sangat tersiksa. suatu saat ia sedang duduk dibangku depan rumahnya, dan ia memandang rumah kosong yang ada disebelah kanan depan rumahnya, kini rumah itu sudah bersih dan rapi. tak berapa lama kemudian keluarlah orang dari rumah itu, seorang remaja laki-laki dan seorang weanita paruh baya. tak disangka mereka menuju rumah el, dengan sikap denginnya el masuk menuju rumah, lalu wanita itu mengejarnya dan berkata "hai sayuang kenapa harus lari tante gak akan gigit kamu kok..." lalu el menghentikan derai kursi rodanya. "ada keperluan apa anda mengunjkungi saya, mau mengejek atau mau menghina... atau bahkan mau mencela..." el berkata dengan nada sinis. lalu remaja laki-laki disebelah wanita paruh baya itu berkata "adik manis kita hanya ingin mngunjungi tetangga kami... kami disini orang baru... apa orangtuamu dirumah...?" tanya lelaki itu dengan manisnya. lalu el menjawab "orang baru ...??? hemmmmmmmfftthyh hanya menambah masalah bagiku saja..." jawab el ketus....
Langganan:
Komentar (Atom)








